SELAMAT HARI KESEHATAN NASIONAL KE 50


Rabu, 21 Desember 2011

ASUHAN KEPERAWATAN KLIEN DENGAN KASUS HEMATOPNEUMOTHORAK

ASUHAN KEPERAWATAN KLIEN DENGAN
KASUS HEMATOPNEUMOTHORAK

A. KONSEP DASAR
1. Pengertian
Hematopneumothorak adalah gabungan antara pneumothorak dan hematothorak yakni terdapatnya udara dan darah dalam rongga pleura sehingga menyebabkan paru terdesak dan menjadi kolap. (Gallo dan hudak, 1997, Perawatan Kritis I, Hal 523)
2. Etiologi
Faktor pencetus hematopneumothorak :
a. Adanya trauma
b. Pernafasan Tekanan Positif Intermiten
c. Tekanan Ekspirasi Akhir Positif ( TEAP )
d. Resusitasi kardiopulmunal
e. Thorasentesis
(Arif Mansjoer, 2000, Kapita Selekta Kedokteran, Edisi 3, hal 295)
3. Patofisiologi
Trauma Thorax


Adanya tekanan (-) pada intrapleura


Udara dan darah masuk ke dalam rongga pleura


Sifat elastis paru




Paru kolap (mengkerut) Kurungan dinding thorax akan meleset ke arah luar
(Soeparman, 1999, Ilmu Penyakit Dalam, hal 593)
4. Tanda dan Gejala
a. Nyeri dada hebat
b. Anxietas
c. Diaforesis
d. Takikardi
e. Sianosis
f. Dispnea
g. Bunyi nafas tidak ada / menurun pada bagian yang sakit
h. Terdengar hipersonor / redup pada bagian dada yang sakit
i. Gerakan dada tidak sama
j. Nyeri pleura
k. Takipnea
l. Hypotensi / hypertensi
(Arif Mansjoer (2000) kapita selekta kedokteran, edisi 3, Hal 295)
5. Pemeriksaan Diagnosa
a. Pemeriksaan dada dengan sinar X
1). Ekspansi paru tidak sama
2). Peningkatan mediastinum pada bagian yang sakit
b. Analisa gas darah arteri
1). Penurunan PaCO2 / normal
2). Penurunan PH
3). Peningkatan PaCO2
6. Penatalaksanaan
a. Pemasangan selang dada
Jarum no 16-18 di masukkan ke dalam area interkostalis kedua, ketiga atau keempat pada garis midklavikula pada area yang sakit untuk mengurangi tekanan, selang dada di pasang dan didrainase segera dilakukan : air diberikan untuk mencegah bertambahnya tekanan / tegangan lebih lanjut.
b. Terapi O2
c. Terapi parenteral
d. Tranfusi darah
e. Ventilasi mekanik dengan PEEP
7. Diagnosa Banding
Status Asmatikus
8. Komplikasi
a. Penurunan curah jantung
b. Gagal pernafasan
c. SDPD
d. Henti jantung

PROSES KEPERAWATAN

1. Pengkajian
Biodata
Umur dan jenis kelamin tidak dapat ditentukan.
Keluhan Utama
Nyeri dada hebat.
Riwayat Penyakit Sekarang
Nyeri dada hebat, Anxietas, Diaforesis, Sianosis, Dipsnea Takikardi, Takipnea.
ADL
- Pola nutrisi
Penurunan nafsu makan
- Pola Istirahat
Sulit tidur akibat sesak
- Pola aktifitas
Kelelahan akibat aktifitas sehari-hari
- Pola Personal Hygiene
Pemenuhannya dibantu oleh keluarga
Pemeriksaan Fisik
a. Sirkulasi
1). Tachycardia.
2). Dysrytmia.
3). S3 atau S4 (Suara nafas gallop gagal jantung akibat efusi).
4). Denyut apical (PMI) menunjukkan terjadinya perubahan mediastinum (dengan tention pneumonia).
5). Tekanan Darah : Hipotensi / Hypertensi
b. Nyeri / rasa nyaman
1). Nyeri dada bilateral.
2). Gejala timbul tiba-tiba ketika batuk.
3). Nyeri hebat saat batuk, pernafasan dalam, kemungkinan menjalar ke bahu, lengan dan perut (efusi pleura).
4). Perilaku distraksi
5). Daerah nyeri menyebar.
6). Wajah menyeringai


c. Respirasi
1). Riwayat perdarahan trauma.
2). Riwayat penyakit paru kronik, infeksi / inflamasi paru (empyema/efusi), penyakit intestinal yang difus (sarcodicosus).
3). Riwayat kanker seperti : obstruksi tumor, keganasan sel dirongga pleura, biopsy paru.
4). Kesulitan bernafas, kekurangan udara / O2.
5). Batuk ( merupakan gejala ).
6). Tachypnea
7). Peningkatan pernafasan dengan menggunakan otot pernafasan di dada, leher, retraksi intercosta dan pernafasan perut.
8). Suara nafas menurun.
9). Penurunan fremitus
10). Perkusi dada : hyperesonansi ( udara ), redup
11). Observasi dada dan palpasi : gerakan dada yang berlawanan ( tidak sama).
12). Penurunan thorax yang berlawanan (tidak sama).
13). Kulit : pucat, syanosis, diaporesis, kripitasi subkutan ( air pada jaringan ).
14). Kejiwaan : cemas, kelelahan, kebingungan, stupor.
d. Keamanan
1). Kanker paru, riwayat radiasi / chemotherapy.
2). Fraktur dada
e. Pengetahuan
1). Riwayat keluarga yang mempunyai resiko tinggi : T B C, kanker.
2). Keterangan bukti adanya kegagalan.
3). Membantu perawatan diri.
f. Pemeriksaan Diagnosis
1). Sinar X paru
Gambaran expansi paru tidak sama, pengangkatan mediastinum pada bagian yang sakit.
2). Analisa gas darah arteri.
a). PaO2 / normal
b). Penurunan pH
c). Peningkatan PaCO2


2. Kemungkinan Diagnosa Keperawatan
a. Ketidakefektifan pola nafas berhubungan dengan ketidakadekuatan expansi paru ( Penumpukan udara / cairan ).
b. Gangguan rasa nyaman (nyeri) berhubungan dengan faktor biologis ( trauma jaringan dan faktor pemasangan selang dada ).
c. Kurangnya pengetahuan berhubungan dengan kurangnya informasi dengan ungkapan tentang perhatian, permintaan untuk informasi mengenai masalahnya yang berulang.
3. Rencana Keperawatan
a. Diagnosa Keperawatan I
Ketidakefetifan pola nafas berhubungan dengan ketidakadekuatan expansi paru ( penumpukan udara / cairan ).
Hasil yang diharapkan :
- Frekuensi, kedalaman, irama pernafasan normal.
- Pemeriksaan sinar x dada memperlihatkan ekspansi optimal.
- Bunyi nafas terdengar jelas dengan aurasi penuh.
Intervensi :
1). Kaji kwalitas, frekuensi dan kedalaman pernafasan laporkan setiap perubahan yang terjadi.
R/ Adanya tanda-tanda kesulitan pernafasan dan perubahan TTV merupakan indikasi adanya shock.
2). Perhatikan gerakan dada dan posisi dada.
R/ Penyimpangan gerakan dada dan paru tidak dapat mengembang merupakan efek samping dari pneumotention.
3). Auskultasi suara nafas setiap 2 – 4 jam.
R/ Kemungkinan tidak ada pengurangan segmen paru seluruh bagian paru. Ateletasis akan menyebabkan tidak adanya suara nafas. Dan bagian paru kolap akan terjadi penurunan suara nafas.
4). Baringkan pasien dalam posisi duduk, kepala ditinggikan 60 - 90.
R/ Peningkatan respirasi maximal dengan peningkatan expansi paru.
5). Berikan therapy oxygen / masal kanul dengan 2 – 6 liter/menit sesuai kebutuhan kecuali ada kontra indikasi.
R/ Pertolongan di dalam penurunan kerja pernafasan bentuk pertolongan kesulitan permasalahan dan syanosis dengan hypoxemia.
6). Berikan dorongan emosional, tetaplah bersama pasien selama anxyetas tinggi.
R/ Kecemasan akan menambah kesulitan pernafasan dan efek psikologik hypoksia.
b. Diagnosa Keperawatan II
Gangguan rasa nyaman ( nyeri ) berhubungan dengan faktor biologis ( trauma jaringan ), faktor fisik ( pemasangan selang dada ).
Hasil yang diharapkan :
Pasien mengalami penurunan rasa nyeri dengan criteria :
- Expansi wajah dan posisi tubuh relaksasi
- Pola pernafasan meningkat
- Aktifitas meningkat
Intervensi :
1). Kaji adanya nyeri ( verbal dan verbal ).
R/ Nyeri hebat dapat menyebabkan shock neurogenik.
2). Berikan analgesik sesuai kebutuhan.
R/ Analgesik akan mengurangi rasa nyeri
3). Kaji keefektifan tindakan penurunan rasa nyeri.
R/ Mengontrol tindakan keperawatan yang mengarah pada nyeri dan dasar tindakan keperawatan selanjutnya.
4). Berikan pada pasien sebelum latihan batuk dan latihan pernafasan.
R/ Latihan batuk dan latihan pernafasan bias menimbulkan rasa nyeri, obat diberikan untuk mengurangi rasa nyeri.
5). Instruksikan pada pasien teknik pernafasan.
R/ Teknik pernafasan akan mengurangi rasa nyeri.
6). Amankan selang dada.
R/ Membatasi gerakan dan menghindari gesekan yang dapat menimbulkan rasa nyeri.
c. Diagnosa Keperawatan III
Kurangnya informasi ( pengetahuan ) berhubungan dengan kurangnya informasi ditandai dengan ungkapan tentang perhatian untuk informasi mengenai masalahnya yang berulang.
Hasil yang diharapkan :
Secara verbal mengerti penyebab masalah, mengidentifikasi tanda dan gejala yang dibutuhkan untuk pengobatan lagi, mengikuti aturan tindakan dan mendemonstrasikan gaya hidup untuk mencegah berulangnya penyakit.


Intervensi :
1). Jelaskan kembali patologi masalah individu.
R/ Informasi akan menurunkan ketakutan akan ketidaktahuannya, pemberian pengetahuan dasar untuk pengertian / alasan pokok dari kondisi yang dinamis dan therapy intervensi yang spesifik.
2). Identifikasi kemungkinan adanya komplikasi berulang.
R/ Kepastian alasan yang mendasari penyakit paru sebagai COPD dan keganasan mungkin kejadiannya kembali meningkat. Sebaliknya kesehatan pasien yang menderita pneumothorak spontan, kejadiannya 10 – 50 %.
3). Jelaskan tanda dan gejala yang membutuhkan evaluasi medik segera misalnya nyeri dada, dispneu.
R/ Hematopneumothorak yang berulang membutuhkan intervensi medik untuk mencegah komplikasi.
4). Jelaskan secara spesifik kebiasaan kesehatan yang baik seperti nutrisi yang adekuat, istirahat dan dan latihan.
R/ Memelihara secara umum guna peningkatan penyembuhan / membatasi penyakit yang berulang.
4. Implementasi
Tindakan keperawatan (implementasi) sesuai dengan intervensi yang telah dibuat.
5. Evaluasi
Menilai keberhasilan intervensi yang telah dilakukan.


Daftar Pustaka


Gallo dan Hudak, 1997, Perawatan Kritis I, Jakarta, EGC.

Marylin Dongoes, 2000, Nursing Cauplants, Philadelphia ; MFA Davis Company.

Arif Mansjoer, 2000, Kapita Selekta Kedokteran edisi 8, FKUI Jakarta.

Tidak ada komentar: