SELAMAT HARI KESEHATAN NASIONAL KE 50


Rabu, 27 Oktober 2010

materi kuliah sistem pencernaan

materi kuliah sistem pencernaan

Sistem Pencernaan Pada Manusia



TIU : Memahami sistem pencernaan

TIK : Setelah mempelajari materi ini mahasiswa dapat :

1. Menjelaskan gerakan dan sekresi gastrointestinal

2. Menjelaskan mekanisme absorbsi zat makanan

3. Menjelaskan pengaturan sistem pencernaan oleh sistem hormonal

4. Menjelaskan reflek defekasi

5. Menjelaskan tentang Hepar,Pankreas,Empedu

Sistem pencernaan berperan dalam homeostasis dengan memindahkan nutrien, air, dan elektrolit dari lingkungan eksternal ke lingkungan internal.

Keutuhan organisasi yang hidup dapat dipertahankan bila terdapat cukup bahan yag bisa digunakan untuk memenuhi penyediaan energi, perbaikan, pertumbuhan dan reproduksi.

Pada vertebrata terdapat system pencernaaan makanan yang difungsikan untuk mengecilkan bahan-bahan sampai menjadi bahan kimia yang dapat diserap dan diedarkan dalam system peredaran darah.

Dalam fungsi dasarnya sistem pencernaan makanan selalu menjaga agar makanan bergerak dengan kecepatan yang tepat, baik untuk pencernaan maupun penyerapannya

Ada beberapa gerakan pada sistem pencernaan adalah sebagai berikut :

1. Berkaitan dengan pemecahan secara fisik (mengunyah)
2. Berkaitan dengan tugas utama yaitu mencampur isi
3. Mendorong makanan

Dua bagian yang terakhir diperoleh dari kontraksi (kerutan-kerutan) kompleks, berangkai dari otot longitudinal dan sirkuler

Peristaltik Usus :

¨ Jika di usus dirangsang di suatu tempat terjadilah kontraksi lapisan ototnya. Kontraksi ini berjalan sebagai gelombang turun menelusuri usus ke arah distal.

¨ Setiap terjadi kontraksi selalu didahului dengan relaksasi Reseptif ( pengendoran penerimaan ) di sebebah distalnya.

Irama Tonus

¨ Irama tonus adalah perubahan yang pelan pada tonus otot di semua bagian GI trac.

¨ Kontraksi ini berperan untuk menyesuaikan ukuran saluran pencernaan terhadap isinya.

¨ Gelombang – gelombang irama ini terjadi pula pada saat puasa.

SEGMENASI BERIRAMA, GERAKAN BERAYUN, GERAKAN MUSCULARIS MUCOSA, merupakan gerakan yang lain yang ada di GI trac.

Fungsi sistem pencernaan adalah sebagai berikut :

a. ingesti dan digesti makanan

b. absorbsi sari makanan

c. eliminasi sisa makanan

Langkah-langkah proses pencernaan makanan:

1. Pencernaan di mulut dan rongga mulut: makanan digiling menjadi kecil-kecil oleh gigi dan dibasahi oleh saliva

2. Disalurkan melalui faring dan esophagus

3. Pencernaan di lambung dan usus halus: dalam usus halus diubah menjadi asaam-asam amino, monosakarida, gliserida dan unsure-unsur dasarnya yang lain.

4. Absorbsi air dalam usus besar: akibatnya isi yang tidak dicerna menjadi setengah padat (Faeces).

5. Faeses dikeluarkan dari dalam tubuh melalui kloaka (bila ada) kemudian ke anus.


Sistem Pencernaan Terdiri atas :

¨ Saluran pencernaan : Pada dasarnya system pencernaan adalah satu tabung yang dibentuk sedemikian rupa disesuaikan untuk fungsinya guna menerima, mencerna, dan menyerap bahan-bahan kimia yang menyusun bahan makanan.

· Organ asesori dan kelenjar-kelenjar yang berhubungan dengan pencernaan antara lain

a. Gigi b. Lidah c. Kelenjar ludah

d. Kelenjar-kelenjar pencernaan di luar saluran pencernaan (hati dan pancreas)


Struktur saluran pencernaan tiap vertebrata berbeda-beda atau disesuaikan dengan bentuk tubuh, jenis makanan, dan fungsi sistem pencernaan.

A. Mulut dan Rongga Mulut

Dalam pengertian luas istilah mulut sama artinya dengan rongga mulut. Rongga mulut dimulai dari mulut dan berakhir pada faring. Letak mulut pada posisi terminal dan ventral, sedangkan batas rongga mulut berupa epitel berlapis gepeng tanpa tanduk. Sel-sel superfisialnya berinti dan mempunyai granula-granula keratin di bagian dalamnya. Dalam rongga mulut terdapat kelenjar-kelenjar mucus, berfungsi untuk menghasilkan mucus sebagai pembasah dan pelicin makanan. Atap mulut terdiri dari palatum keras dan lunak, diliputi oleh epitel berlapis gepeng. Palatum keras adalah membran mukosa yang melekat pada jaringan tulang, sedangkan palatum lunak mempunyai pusat otot rangka dan banyak kelenjar mukosa pada lapisan submukosanya. Fungsi mulut adalah sebagai penerima makanan. Mulut beberapa hewan sebagai pengambil makanan karena terdapat rahang maksila dan mandibula. Organ-organ didalam rongga mulut antara lain: gigi, lidah, dan kelenjar ludah.

B. Lidah

Lidah merupakan massa jaringan pengikat dan otot lurik yang diliputi oleh membran mukosa. Membran mukosa melekat erat pada otot karena jaringan penyambung lamina propia menembus ke dalam ruang-ruang antar berkas-berkas otot. Pada bagian bawah lidah membran mukosanya halus.

Fungsi lidah:

- untuk mengaduk makanan yang dikunyah

- menelan makanan

- mengontrol suara dan dalam mengucapkan kata-kata

Permukaan atas lidah mengandung banyak tonjolan-tonjolan epitel mulut dan lamina propia

(yang disebut papilla). Terdapat empat jenis papilla:

a. Filiformis

- terdapat di bagian posterior

- bebtuk penonjolan konis, sangat banyak diseluruh permukaan lidah

- epitel tidak mengandung putting pengecap

- epitel berambut

b. Fungiformis

- di bagian anterior dan diantara filiformis

- menyerupai jamur karena menpunyai tangkai sempit dan permukaan yang halus, bagian atas melebar

- mengandung putting kecap, tersebar di permukaan atas

- epitel berlapis pipih tak menanduk

c. Foliatel

- pada pangkal lidah bagian lateral, terdapat beberapa tonjolan-tonjolan padat

- bentuk: sirkumvalata

- banyak putting kecap

d. Circumfalate

- papillae yang sangat besar dengan permukaannya yang pipih meluas di atas papillae lain,susunan seperti parit.

- tersebar di daerah “V” bagian posterior lidah

- banyak kelenjar mukosa dan serosin

- banyak putting kecap yang terdapat di sepanjang sisi papilla

C. Kelenjar Ludah/Saliva

Kelenjar ludah terbentuk dari jaringan epitel dan menghasilkan secret.

Ciri-ciri: - sel glandularis

- duktus interkalaris

- saluran bercolak

- menghasilakan mucus dan enzim amilase

GLANDULA SUBLINGUALIS


GLANDULA SUBMANDIBULARIS


GLANDULA PAROTIS


Ada 3 pasang kelenjar ludah menurut tempatnya:

1. Glandula parotid (kelenjar bawah telinga)

- sel penyusun: sel serous

- bentuk kelenjar asiner bercabang majemuk

- bermuara dekat gigi molar atas yang kedua

- menghasilkan secret jernih, encer, mengandung amilase lebih banyak dari kelenjar yang lain.

2. Glandula submandibularis (kelenjar bawah rahang)

- bermuara di dekat pangkal lidah

- bentuk kelenjar tubuloasiner bercabang majemuk

- sel penyusun: sel serous (banyak) dan sel mukus. Sel serous, inti agak banyak dan sitoplasmanya mengandung butir-butir zimogen. Sel mukus, berinti gepeng dan terletak di bagian basal.

-merupakan kelenjar setengah mucus setengah serus.

3. Glandula sublingualis (kelenjar bawah lidah)

- bermuara dekat pangkal lidah

- bentuk kelenjar tubuloasiner bercabang majemuk

- sel penyusun: sel mukus

- merupakan kelenjar mucus.

Fungsi Saliva (air liur)

¨ Bersama dengan bibir dan lidah memudahkan artikulasi dengan mempermudah gerakan bibir dan lidah. Kita sulit berbicara apabila mulut kita kering.

¨ Air liur/saliva memulai pencernaan karbohidrat di mulut melalui kerja amilase, suatu enzim yang memecah polisakarida menjadi disakarida.

¨ Saliva mempermudah proses menelan dengan membasahi dan melicinkan makanan.

¨ Menghindari kekeringan mucosa mulut

¨ Amilase dengan lysozymnya menjaga kebersihan mulut dan gigi. Aliran air liur/saliva yang terus menerus membantu membilas residu makanan, melepaskan sel epitel,dan benda asing. Kontribusi air liur dalam hal ini dirasakan setiap orang yang pernah mengalami bau mulut saat sekresi air liur tertekan untuk sementara, misalnya saat demam atau keadaan cemas berkepanjangan.

¨ Menjaga ph mulut stabil (ph 7). Penyangga bikarbonat di air liur menetralkan asam di makanan serta asam yang dihasilkan oleh bakteri di mulut, sehungga membantu mencegah karies(lubang ) gigi.

¨ Amilase menghidrolisa tepung menjadi maltose

Walaupun memiliki banyak fungsi, air liur tidak essensial untuk pencernaan dan penyerapan makanan, karena enzim-enzim yang dihasilkan oleh pankreas dan usus halus dapat menyelesaikan pencernaan makanan walaupun tidak ada sekresi liur dan lambung. Masalah utama yang berkaitan dengan penurunan sekresi air liur yaitu Xerostomia adalah kesulitan mengunyah dan menelan, artikulasi bicara menjadi tidak jelas kecuali jika pada saat berbicara yang bersangkutan sering meneguk air, dan peningkatan insidens karies gigi.


D. Gigi Ciri-ciri:

- Tersusun dalam 2 lengkung

- Terletak pada maxilla dan mandibula

- Masing-masing gigi terdiri atas bvagian yang menonjol di atas ginggiva (atau gum) yaitu mahkota dan di bawah ginggiva yaitu akar (mempertahankan gigi dalam lekuk tulang atau alveolus). Tempat peralihan mahkota ke akar sampai leher.

- Tiap gigi mempunyai rongga sentral, rongga pulpa

- Terdiri dari bagian nonmineral: pulpa, dan 3 bagian bermineral: email, dentin, sementum.

a. Dentin

Dentin merupakan jaringan kalsifikasi yang mirip tulang, tetapi lebih keras karena mengandung banyak garam-garam kalsium. Dentin terutama terdiri atas serabut-serabut kolagen, glikosaminoglikans, dan garam-garam kalsium (80%) berat kering dalam bentuk kristal-kristal hidroksiapatit. Dentin peka terhadap banyak rangsngan seperti panas, dingin, asam, trauma dan memberi respon terhadap semua rangsang sakit. Matriks organiknya disintesis oleh sel-sel odontoblas.

b. Email

Email meripakan struktur paling keras dari tubuh dan banyak mengandung kalsium. Terdiri

atas 97% garam-garam kalsium dan 3% zat organic. Berasal dari epitel ectoderm, sedangkan struktur lain gigi berasal dari mesoderm. Matriks amail disekresi oleh sel-sel (ameloblas). Email terdiri atas struktur batang yang berbentuk prisma atau toraks heksagonal, prisma email yang berikatan satu sama lain dengan zat interprismatis.

c. Pulpa

Pulpa gigi terdiri dari jaringan pnyambung jarang. Unsur-unsur utamanyaadalah serabut-serabut kolagen halus yang tersusun asimetris dan substansia dasar yang mengandung glikosaminoglikans. Pulpa merupakan jaringan yang sangat banyak mengandung persyarafan dan pembuluh darah, serta banyak terhadap fibroblast.

- Struktur-struktur pertahanan gigi dalam lekuk tulang maxilla dan mandibula terdiri atas sementum, membranaperidentalis, tulang alveolar dan ginggiva.

- Jumlah dan distribusi

a. vertebrata rendah, mempunyai jumlah gigi sangat banyak

b. pisces, mempunyai gigi pada tulang rahang, palatin, dan faring

c. Amphibia, mempunyai gigi yang melekat pada tulang vomer, rahang atas, dan tulang palatin

d. Reptilia, gigi terdapat pada tulang palatin atau di rahang atas dan rahang bawah

e. Aves dan mamalia, gigi terdapat pada rahang atas dan rahang bawah

- Derajat Permanen

a. Vertebrata, mempunyai gigi pelifiodonbi (gigi yang terus berganti)

b. Mamalia, mempunyai gigi difiodonti (gigi berganti 2 kali), yaitu gigi susu dan gigi permanent.

c. Platypus( monotremata), mempunyai gigi monofiodonti (gigi yang tak berganti).

- Cara Pelekatan

Gigi melekat pada tulang rahang dengan jaringan ikat fibrosa. Cara pelekatan gigi terdiri dari 3 cara, yaitu:

a. Akrodonti : melekat di puncak tulang rahang, misalnya terdapat pada Teleoster

b. Pleurodonti : melekat pada sisi dalam tulang rahang, misalnya terdapat pada katak, necturus, dan kadal

c. Teledonti : akar gigi tertanam dalam alveoli (sokel) tulang rahang, misalnya pada buaya, burung bergigi, mamalia dan beberapa ikan.

- Morfologi gigi, terdiri dari:

a. Homodonti : gigi yang bentuknya serupa, misalnya pada vertebrata, mamalia

b. Heterodonti: gigi yang bentuknya beda misal, mamalia yang mempunyai morfologi gigi sebagai berikut: 1. Gigi seri (insisivus), 2. gigi taring (kaninus), 3. gigi geraham depan (premolar), 4. gigi geraham belakang (molar)

. Jumlah gigi manusia 32 buah.

2-1-2-3 ½ belahan rahang atas

2-1-2-3 ½ belahan rahang bawah

- Histologi gigi

Pada mamalia tiap gigi terdiri dari 3 bagian, yaitu:

a. Mahkota (korana) dilapisi email

b. Leher (serviks)

c. Akar (radiks)

Proses Menelan

1. Bila makanan selesai dikunyah (menjadi bolus), bolus akan diletakkan pada dorsum lingua, pelan-pelan ditekan dalam palotum dorum, ketika ujung lidah menyentuh palatum dorum terjadi kontraksi sehingga bagian belakang lidah terangkat mendorong makanan sampai ke pharing.
2. Setelah bolus sampai ke pharing terjadi rangsangan yang menimbulkan reflek yang menjamin bolus masuk ke oesofagus.
3. Timbul gelombang peristaltic yang mendorong bolus di oesofagus sampai ke kardiak.


LAMBUNG

¨ Lambung merupakan pelebaran saluran pencernaan antara oesofagus dan usus halus.

¨ Fungsi motorik lambung ada tiga :

1. Penimbunan sementara

2. Pencampuran makanan dengan getah lambung sampai terbentuk chymus

3. Pengosongan makanan dari lambung ke usus secara periodic

¨ Secara faal lambung dibagi menjadi dua bagian utama :

1. Corpus : bagian utama lambung

2. Anthrum : bagian bawah lambung

Sedang fundus merupakan bagian dari korpus, dan kardia termasuk oesofagus.

Sekresi Lambung

¨ Secara bersama sekresi getah lambung mengandung

1. Mukus,

2. HCL,

3. Enzim-enzim pencernaan

Dalam sehari sel-sel kelenjar lambung mensekresi getah lambung kurang lebih 3000 cc setiap harinya.

Kelenjar lambung dapat dibedakan dalam tiga daerah :

1. Kelenjar Kardia : mensekresi mukus yang berfungsi melindungi mukosa lambung.
2. Kelenjar fundus (gastrika) : sel utama menskresi pepsinogen, sel parietal menskresi (HCL) & factor intrisik, sel mukus mensekresi mukus.
3. Kelenjar pylorus : menskresi mucus dan hormon gastrin.

Pengendalian sekresi getah lambung dipengaruhi oleh :

1. Syaraf : Melalui syaraf para simpatis nervus vagus serta fleksus myenterikus auerbachs, pada bagian lapisan muskularis.
2. Hormonal : melalui pengendalian hormon gastrin, hormon ini sekresinya dipengaruhi oleh regangan dinding lambung oleh makanan serta sekretagogne (protein,kafein,alkohol)

USUS HALUS/INTESTINE

¨ Usus halus merupakan dari GI trac setelah lambung hingga Ileocaekal.

¨ Usus halus mempunyai panjang lebih kurang 280 cm.

¨ Fungsi utama dari intestinum adalah pencernaan dan absorpsi makanan meliputi karbohidrat, lemak, protein, vitamin, mineral, elektrolit dan air.

¨ Usus halus terdiri dari tiga bagian : duodenum, jeyenum, ileum,Duodenum

¨ disebut juga usus 12 jari yang panjangnya lebih kurang 22 cm.

¨ Duodenum sering mengalami ulserasi akibat chymus dari lambung yang pHnya Asam

Pengendalian sekresi usus halus :

¨ Dilakukan oleh kelompok syaraf

1. Intrinsic : dilakukan oleh pleksus intra muralis yang terdiri dari pleksus auerbach dan pleksus meissner

2. Ekstrinsik : sedang kelompok ekstrinsik dilakukan oleh N. vagus

Motilitas Usus halus :

¨ Diperlukan untuk memberi kesempatan pada usus halus untuk mencernakan dan menyerap makanan.

¨ Terdapat dua kelompok gerakan atau motility: Gerakan mencampur ( mixing movement ) dan Gerakan mendorong ( propulsive movement )

¨ Mixing movement berguna untuk mencampur makanan dan enzim-enzim.

Sekresi Kelenjar Intestine

¨ Selain motility diperlukan pula enzim-enzim dari kelenjar intestin untuk pencernaan makanan.

¨ Di duodenum antara pylorus dan papilla vateri terdapat kelenjar bruner yang hanya mengeluarkan getah mucus guna melindungi intentin dari cimus.

¨ Di seluruh intestine terdapat juga kripte dari lieberkoen dengan sel-sel goblet dan sel-sel panet.

¨ Sel goblet mensekresi getah mucus sedang

¨ sel-sel panet mensekresi enzim-enzim pencernaan.

¨ Setiap hari sekresi kedua macam sel-sel tersebut mencapai 2000 cc.

Enzim-enzim yang disekresi oleh kelenjar intestine :

1. Beberapa peptidase (protiolitik enzim) yang mencerna protein menjadi asam amino.
2. Enzim lipolitik yang berupa lipase mencerna lemak menjadi gliserol dan asam lemak.
3. Enzim amilolitik yang, mengubah disakarida menjadi mono sakarida.

USUS BESAR/COLON

¨ Tinjauan anatomi

Diameter kolon lebih besar dari usus halus, otot longitudinalnya mengumpul menjadi tiga longitudinal band, yang disebut tinea coli.

¨ Tinea coli lebih pendek dari sekitarnya sehingga timbul segmen-segmen ( haustra ) pada usus besar.

¨ Mukosa kolon tidak mempunyai fili, tidak mensekresi enzim tetapi hanya mensekresi mukus.

¨ Fungsi mukus :

1. Melindungi dinding usus terhadap lecet

2. Bahan perekat pembentuk feses

3. Melindungi dinding usus terhadap kegiatan bakteri

4. Melindungi dinding usus terhadap asam dari feses

Sekresi kolon

¨ Mukosa kolon seperti pada usus halus dilapisi kripte dari liberkum, tetapi sel-selnya tidak mengandung enzim, tetapi hanya mukus.

Fungsi kolon adalah :

1. Absorsi air, elektrolit, vitamin, mineral

2. Tempat penyimpanan fekal matter sampai dpt dikeluarkan

“ Bagian atas berguna untuk absorbsi sedang bagian bawah untuk penyimpanan fekal matter. “

· Karena absorbsi yang cukup baik tersebut sering dimanfaatkan untuk memasukkan obat-obatan ( suposisoria ).

· Absorbsi maksimal usus besar 5-7 Lt.

· Fases yang normal komposisinya terdiri dari ¾ air dan ¼ bahan padat.

· Sedang bahan padatnya terdiri dari bakteri yang telah mati, lemak, protein, serat kasar dan getah pencernaan yang kering.

· Kegiatan bakteri dalam usus terutama berada di kolon penyerapan.

· Bakteri-bakteri ini mencerna selulosa, menghasilkan vit. K, B 12, tiamin riboflafin, dan sejumlah gas.

Pergerakan pada kolon :

1. Mixing movenment ( gerakan mencampur )
2. Provolsive movonment ( gerakan mendorong )

¨ Mixing movenment diakibatkan kontraksinya otot sirkuler bersama otot longitudinal, dengan gerakan ini diharapkan material fekal dapat diaduk & bersentuhan dengan dinding permukaan kolon sehingga kolon mempunyia kesempatan penyerapan lebih besar.

¨ Provolsive movenment adalah suatu gerakan yang khas berupa gerakan yang mendorong fase ke arah anus gerakan ini sering disebut dengan mass movement.

¨ Mass movenment dipengaruhi oleh

1. Gastrokolik dan duodeno kolik reflek
2. Hormon gastrin
3. Iritasi pada kolon
4. Rangsangan para simpatik
5. Over distensi pada kolon

REFLEK DEFIKASI

¨ Proses defikasi akibat dari reflek defikasi. Reflek ini dapat dijelaskan sebagai berikut :

¨ Feses pada rectum ---- distensi dinding rectum ------ rangsangan

¨ Afferen lewat fleksus myentericus ----- timbul gelombang peristaltic

¨ Kolon desenden, sigmoid rectum ---------- peristaltic di anus ---------------

¨ relaksasi internal anal spingter ------------- relaksasi eksternal anal spingter ---------- DEFIKASI.

Kegiatan-kegiatan yang merangsang reflek Defikasi :

¨ Mengambil nafas dalam

¨ Menutup glotis

¨ Kontraksi otot abdominan

¨ Mendorong pelvis ke depan atas



Kelenjar-kelenjar Pencernaan di luar Saluran Pencernaan

a. Hati (hepar)

Hati merupakan kelenjar yang terbesar di dalam tubuh.

Terletak di bagian teratas dalam rongga abdomen di sebelah kanan & dibawah diafragma & terdiri 2 lobus. Vaskularisasi berasal dari Arteri Hepatika & Vena porta.

Fungsi hati antara lain:

1. Pabrik kimia terbesar yg berhubungan dg fungsi metabolisme nutrien & dan menyimpan vitamin A dan B
2. Megubah zat buangan & bahan racun agar mudah diekskresi kedalam empedu & urine
3. Fungsi Sintesis : mensintesis semua protein plasma (Albumin, Faktor pembekuan, steroid/hormon binding protein)
4. Sekresi empedu (sebagai kelenjar eksokrin) yang terkumpul dalam kandung empedu
5. Pembentukan ureum
6. Pertahanan tubuh oleh sel Kupffer.
7. Fungsi perlindungan/detoksikasi

Hati terdiri atas beberapa belahan (lobus). Masing-masing lobus dibina oleh ratusan ribu lobulus yang berbentuk heksagonal. Tiap lobulus dilapisi oleh jaringan ikat interlobular yang disebut kapsula Glisson. Pada bagian tebgah lobulus hati terdapat vena sentralis, pita-pita sel hati yang bercabang atau berantomosis tersusun radier terhadap vena sentralis. Diantar pita-pita sel hati terdapat sinusoid-sinusoid darah yang tampak seperti celah-celah atau rongga. Pada dinding sinusoid terdapat sel kapiler yang tergolong sebagai makrofage. Sudut antara lobuli-lobuli yang bersebelahan disebut segitiga Kiernann yang berisi saluran porta, yaitu arteri, vena dan saluran empedu interlobular.

Sel hati (hepatosit) berbentuk polyhedral, berinti satu (75%) atau dua (25%). Sitoplasma mengandung banyak butir glikogen. Sel-sel inilah yang menghasilkan empedu sebesar 1 liter perhari. Untuk sementara empedu disimpan dalam kandung empedu(vesika fellea), disini empedu jumlahnya akan menyusut 10-20% sehingga pekat/kental karena airnya diserap kembali oleh dinding kandung empedu. Hormon kholesistokinin mengatur pengeluaran empedu ke usus halus dengan cara menyebabkan kontraksi kandung empedu dan relaksasi spincter Oddi. Oleh ductus sistikus empedu disalurkan ke duktus kholedokhus yang bermuara di duodenum, dan di tempat tersebut terjadi pengemulsian lemak. Empedu terdiri dari garam empedu dan zat lainnya. Fungsi Empedu adalah untuk pencernaan dan absorpsi lemak. Manusia masih dapat hidup selama bertahun-tahun setelah kandung empedunya dibuang melalui pembedahan dengan syarat harus menghindari lemak dalam dietnya.

b. Pankreas

- Letak : sejajar & dibelakang lambung.

- Merupakan organ majemuk, karena menpunyai fungsi sebagai kelenjar eksokrin maupun sebagai kelenjar endokrin.

1. Kelenjar Exokrine : merupakan kumpulan sel acini pankreas. Tiapb sel asini berlumen sempit, dengan sel sekretori berbentuk pyramid.

Menghasilkan enzim (tripsin,kimotripsin,karboksipolipeptidase, proteasase, nuklease, amilase, lipase) & elektrolit (ion Bikarbonat).

2. Kelenjar Endokrine : merupakan sel B pulau-pulau Langerhans, yang tersebar diantara kelenjar eksokrin, menghasilkan Insulin

- Kelenjar eksokrin pankreas menghasilkan sekret yang dialirkan ke dalam lumen duodenum melalui saluran utama ductus pankreaticus wirsungi, yang bergabung dengan ductus choleducus dari kantong empedu.

- Gabungan kedua duktus ini membentuk ampula dari vateri.

- Pada mulut ampula terdapat penonjolan otot sirkuler yang disebut spinter oddi.

- Fase-fase sekresi Pankreatik :

1. Fase Sefalik : Keluarnya enzim pankreas bersamaan dg sekresi dlm lambung

2. Fase Gastrik/Lambung : Fase lambung adalah keluarnya getah pankreas yang disebabkan peregangan pada bagian antrum lambung.

3. Fase Intestinal/Usus Halus : Pada fase ini didapatkan sekresi duodenum yang berupa hormon sekreatin dan kolessistokinin.

v Pengaturan sekresi pankreas :

1. Asetilkolin yg dihasilkan N. vagus parasimpatis & saraf kolinergik merangsang sekresi enzim.

2. Kolesistokinin merangsang sekresi enzim.

3. Sekretin merangsang sekresi bikarbonat

Hormon sekretin

terdiri dari 27 asam amino yang disekresi di duodenum dan jeyenum bagian atas.

Sekretin merangsang sel-sel asiner pankreas memproduksi ion HCO3 lebih banyak.

Sekretin juga merangsang dikeluarkanya cairan empedu.

Pelepasan hormon sekretin dirangsang oleh asam lambung, asam amino dan asam lemak.

Diabetes Millitus

Diabetes Millitus

Diabetes, siapa takut ?![1]

Dalam menyambut hari Diabetes sedunia (World Diabetes Day) marilah kita mengenal lebih dalam tentang Diabetes.Diabetes bukanlah sebuah penyakit yang perlu anda takuti, meskipun saat ini penderitanya bertambah terus di seluruh pelosok dunia. Menurut survey kesehatan yang dilakukan WHO, Indonesia menempati urutan ke 4 terbesar di dunia setelah India, Cina, dan Amerika Serikat.Diperkirakan pada tahun 2015, akan ada 12,4 juta penderita Diabetes. Pada tahun 2007, Diabetes diduga menjadi penyebab 3,8 juta kematian atau 6% dari total kematian didunia hampir sama dengan jumlah kematian yang disebabkan oleh HIV/AIDS. Diabetes juga merupakan salah satu penyebab utama kematiandini didunia. Setiap 10 detik seseorang dapat meninggal akibat penyakit yang berhubungan dengan Diabetes. Angka kematian diprediksi meningkat pada dekade berikutnya.

International Diabetic Federation (IDF) mengestimasikan bahwa dari jumlah penduduk Indonesia usia 20 tahun keatas akan ada 8,2 juta penderita diabetes pada tahun 2020. Temuan-temuan tersebut semakin membuktikan behwa penyakit Diabetes Mellitus (DM) merupakan masalah kesehatan masyarakat yang sangat serius dan perlu segera ditanggulangi.

Untuk itu kami mencoba memperkenalkan Diabetes lebih detail, sehingga anda tahu apa yang harus anda lakukan jika belum menjadi penderita Diabetes. Atau jika anda sudah menderita Diabetes, gaya hidup seperti apa yang sebaiknya anda miliki.

Apa itu Diabetes ? Diabetes merupakan satu kondisi yang dialami seseorang jika dalam darahnya terlalu banyak mengandung glukosa (gula). Terjadi karena tubuh tidak dapat memproduksi atau menggunakan insulin dengan normal. Insulin yaitu hormon yang diproduksi pankreas yang bekerja dengan membuka seluruh saluran yang ada, sehingga memungkinkan glukosa memasuki sel tubuh dan dirubah menjadi energi.

Pada penderita Diabetes, pankreas dapat bermasalah dengan proses pembuatan insulin, entah tidak mampu atau tidak cukup sesuai kebutuhan tubuh. Jika Insulin tidak dapat melakukan pekerjaannya dengan baik maka jalur glukosa juga tertutup dan menyebabkan gula bertumpuk dalam darah atau terjadi kenaikan kadar gula dalam darah dengan segala akibatnya.

3 Tipe diabetes

1. Tipe 1 Diabetes (Insulin Dependent Diabetes/Juvenile Onset Diabetes)

Diabetes tergantung Insulin, Diakibatkan kerusakan sel-sel yang memproduksi Insulin sejak kecil ataupun setelah dewasa. Tubuh sangat membutuhkan Insulin dari luar

2. Tipe 2 Diabetes (NonInsulin Dependent Diabetes/Adult Onset Diabetes)

Diabetes yang kebanyakan diidap oleh kebanyakan orang. Karena Insulin hasil produksi pankreas tidak cukup atau sel lemak dan otot tubuh menjadi kebal terhadap Insulin, sehingga terjadi gangguan pengiriman gula ke sel tubuh.

3. 3. Gestational Diabetes (untuk wanita), Biasanya Diabetes ini timbul selama masa kehamilan dan akan hilang setelah melahirkan

Tanda-tanda Awal Gejala Diabetes:

Diabetes adalah kondisi kronis, dapat dicegah dan dideteksi dini debngan menjaga gaya hidup seseorang.

1. · Sering lapar atau banyak makan tapi berat badan makin menurun
2. · Sering atau banyak minum
3. · Sering buang air kecil
4. · Kelelahan
5. · Sering mengalami infeksi atau kalau punya luka, sembuhnya lebih lama
6. · Penglihatan kabur
7. · Meningkatnya kadar gula dalam darah dan air seni

Siapa saja yang beresiko terkena Diabetes ?

1. Sejarah keluarga yang mengalami diabetes

2. Kegemukan atau kelebihan berat badan

3. Gaya hidup tidak sehat

4. Kurang berolah raga atau beraktivitas

5. Pernah terkena Diabetes pada saat kehamilan

6. Mempunyai beberapa penyakit seperti : hiper kolesterol, jantung, hipertensi, abortus yang berulang

Bagaimana Penatalaksanaan Diabetes ?

Memang belum ditemukan obat penyembuh diabetes, masih dilakukan penelitian .

1. Diabetes tipe 1 harus menyuntikkan Insulin beberapa kali sehari dan mengawasi kadar gula darahnya.

2. Diabetes tipe 2 masih dapat diperbaiki dengan perubahan gaya hidup sehingga kadar gula darah dalam ambang normal

Ada 4 pilar panatalaksanaan Diabetes : Edukasi, terapi Gizi medis, Latihan jasmani, dan intervensi farmakologis

Komplikasi apa saja yang dapat ditimbulkan ?

1. Komplikasi akut : Hipoglikemi, Ketoacidosis, Hiperglikemia, Hiperosmolar diabetik non ketosis

2. Komplikasi Kronis : meliputi mikroangiopati (pembuluh darah tepi, jantung, otak), pada mata (Retinopati diabetik), Nefropati (ginjal) dan neuropati (kerusakan saraf),bahkan disfungsi ereksi pada pria .

Tips bagi Penderita Diabetes :

1. Monitor tingkat kadar gula dalam darah, periksakan diri anda secara teratur

2. Gunakan obat secara teratur, baik obat yang diminum ataupun injeksi Insulin

3. Hindari konsumsi minuman beralkohol

4. Berhenti merokok

5. Menjaga kebersihan kaki , penderita Diabetes mempunyai resiko luka pada kaki.

6. Menjaga Berat badan

7. Rutin berolah raga

8. Konsumsi makanan sehat : kurangi karbohidrat, gula dan lemak,makanan berkolesterol,batasi telur dan sea food, perbanyak sayuran dan buah.

Anjuran kalau anda penderita Diabetes :

PEMERIKSAAN


FREKWENSI

Pengukuran Berat badan


Minimal 1 bulan sekali

Pengukuran Tekanan darah


Minimal 1 bulan sekali

Glycated Haemoglobin (HbA1c)


2 – 4 kali dalam setahun

Tes Protein dalam Urine


Minimal 1 kali dalam setahun

Tes Kolesterol


Minimal 1 kali dalam setahun

Tes darah Fungsi Ginjal


Minimal 1 kali dalam setahun

Mata ( Retina Photography)


Minimal 1 kali dalam setahun

Pemeriksaan Kaki


Minimal 1 kali dalam setahun

Jika anda memang ternyata dinyatakan sebagai salah satu penderita diabetes, maka anda masih bisa memiliki kendali akan kehidupan anda. Jika anda cemas beresiko Diabetes, anda masih dapat melakukan perubahan gaya hidup (life style) untuk mencegahnya. Pencegahan dan Deteksi Dini Merupakan Kunci Utama Pada Diabetes.

DENGUE HAEMORAGIC FEVER (DHF)

DENGUE HAEMORAGIC FEVER (DHF)


A. Pengertian

Dengue haemorhagic fever (DHF) adalah penyakit yang disebabkan oleh virus dengue sejenis virus yang tergolong arbovirus dan masuk kedalam tubuh penderita melalui gigitan nyamuk aedes aegypty (Christantie Efendy,1995 ).
Dengue haemorhagic fever (DHF) adalah penyakit yang terdapat pada anak dan orang dewasa dengan gejala utama demam, nyeri otot dan nyeri sendi yang disertai ruam atau tanpa ruam. DHF sejenis virus yang tergolong arbo virus dan masuk kedalam tubuh penderita melalui gigitan nyamuk aedes aegypty (betina) (Seoparman, 1990).
DHF adalah demam khusus yang dibawa oleh aedes aegypty dan beberapa nyamuk lain yang menyebabkan terjadinya demam. Biasanya dengan cepat menyebar secara efidemik. (Sir, Patrick manson, 2001).


B. Etiologi

1. Virus dengue sejenis arbovirus.
2. Virus dengue tergolong dalam family Flavividae dan dikenal ada 4 serotif, Dengue 1 dan 2 ditemukan di Irian ketika berlangsungnya perang dunia ke II, sedangkan dengue 3 dan 4 ditemukan pada saat wabah di Filipina tahun 1953-1954. Virus dengue berbentuk batang, bersifat termoragil, sensitif terhadap in aktivitas oleh diatiter dan natrium diaksikolat, stabil pada suhu 70 oC.
Keempat serotif tersebut telah di temukan pula di Indonesia dengan serotif ke 3 merupakan serotif yang paling banyak.


C. Patofisiologi

Virus akan masuk ke dalam tubuh melalui gigitan nyamuk aedes aegypty dan kemudian akan bereaksi dengan antibody dan terbentuklah kompleks virus-antibody. Dalam sirkulasi akan mengaktivasi system komplemen. Akibat aktivasi C3 dan C5 akan dilepas C3a dan C5a,dua peptida yang berdaya untuk melepaskan histamine dan merupakan mediator kuat sebagai factor
meningkatnya permeabilitas dinding pembuluh darah dan menghilangkan plasma melalui endotel dinding itu.

Terjadinya trobositopenia, menurunnya fungsi trombosit dan menurunnya faktor koagulasi (protombin dan fibrinogen) merupakan factor penyebab terjadinya perdarahan hebat , terutama perdarahan saluran gastrointestinal pada DHF.

Yang menentukan beratnya penyakit adalah meningginya permeabilitas dinding pembuluh darah, menurunnya volume plasma, terjadinya hipotensi, trombositopenia dan diathesis hemorrhagic, renjatan terjadi secara akut.

Nilai hematokrit meningkat bersamaan dengan hilangnya plasma melalui endotel dinding pembuluh darah. Dan dengan hilangnya plasma klien mengalami hipovolemik. Apabila tidak diatasi bisa terjadi anoxia jaringan, acidosis metabolic dan kematian.


D. Tanda dan gejala

1. Demam tinggi selama 5 – 7 hari.
2. Mual, muntah, tidak ada nafsu makan, diare, konstipasi.
3. Perdarahan terutama perdarahan bawah kulit, ptechie, echymosis, hematoma.
4. Epistaksis, hematemisis, melena, hematuri.
5. Nyeri otot, tulang sendi, abdoment, dan ulu hati.
6. Sakit kepala.
7. Pembengkakan sekitar mata.
8. Pembesaran hati, limpa, dan kelenjar getah bening.
9. Tanda-tanda renjatan (sianosis, kulit lembab dan dingin, tekanan darah menurun, gelisah, capillary refill lebih dari dua detik, nadi cepat dan lemah).


E. Pemeriksaan penunjang

* Darah
1. Trombosit menurun.
2. HB meningkat lebih 20 %
3. HT meningkat lebih 20 %
4. Leukosit menurun pada hari ke 2 dan ke 3
5. Protein darah rendah
6. Ureum PH bisa meningkat
7. NA dan CL rendah

* Serology : HI (hemaglutination inhibition test).
1. Rontgen thorax : Efusi pleura.
2. Uji test tourniket (+)


F. Penatalaksanaan

* Tirah baring
* Pemberian makanan lunak
* Pemberian cairan melalui infus
* Pemberian obat-obatan : antibiotic, antipiretik
* Anti konvulsi jika terjadi kejang
* Monitor tanda-tanda vital (Tekanan Darah, Suhu, Nadi, RR).
* Monitor adanya tanda-tanda renjatan
* Monitor tanda-tanda perdarahan lebih lanjut
* Periksa HB,HT, dan Trombosit setiap hari.


G. Tumbuh kembang pada anak usia 6-12 tahun

Pertumbuhan merupakan proses bertambahnya ukuran berbagai organ fisik berkaitan dengan masalah perubahan dalam jumlah, besar, ukuran atau dimensi tingkat sel. Pertambahan berat badan 2 – 4 Kg / tahun dan pada anak wanita sudah mulai mengembangkan cirri sex sekundernya.
Perkembangan menitikberatkan pada aspek diferensiasi bentuk dan fungsi termasuk perubahan sosial dan emosi.

1. Motorik kasar
* Loncat tali
* Memukul
* Badminton
* Motorik kasar di bawah kendali kognitif dan berdasarkan secara bertahap meningkatkan irama dan kehalusan.
2. Motorik halus
* Menunjukan keseimbangan dan koordinasi mata dan tangan
* Dapat meningkatkan kemampuan menjahit, membuat model dan bermain alat musik.
3. Kognitif
* Dapat berfokus pada lebih dan satu aspek dan situasi
* Dapat mempertimbangkan sejumlah alternatif dalam pemecahan masalah
* Dapat membelikan cara kerja dan melacak urutan kejadian kembali sejak awal
* Dapat memahami konsep dahulu, sekarang dan yang akan datang.
4. Bahasa
* Mengerti kebanyakan kata-kata abstrak
* Memakai semua bagian pembicaraan termasuk kata sifat, kata keterangan, kata penghubung dan kata depan
* Menggunakan bahasa sebagai alat pertukaran verbal
* Dapat memakai kalimat majemuk dan gabungan.




Download Askep DHF Gratis :

* Di Sini
* danDi Sini




ASUHAN KEPERAWATAN PADA ANAK DENGAN DHF

1. Pengkajian
Pengkajian merupakan tahap awal yang dilakukan perawat untuk mendapatkan data yang dibutuhkan sebelum melakukan asuhan keperawatan . pengkajian pada pasien dengan “DHF” dapat dilakukan dengan teknik wawancara, pengukuran, dan pemeriksaan fisik. Adapun tahapan-tahapannya meliputi :
* Mengidentifikasi sumber-sumber yang potensial dan tersedia untuk memenuhi kebutuhan pasien.
* Kaji riwayat keperawatan.
* Kaji adanya peningkatan suhu tubuh ,tanda-tanda perdarahan, mual, muntah, tidak nafsu makan, nyeri ulu hati, nyeri otot dan sendi, tanda-tanda syok (denyut nadi cepat dan lemah, hipotensi, kulit dingin dan lembab terutama pada ekstrimitas, sianosis, gelisah, penurunan kesadaran).

2. Diagnosa keperawatan yang Muncul
1. Hipertermi berhubungan dengan proses infeksi virus dengue.
2. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan mual, muntah, tidak ada nafsu makan.

3. Intervensi
Diagnosa 1. :
Gangguan volume cairan tubuh kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan peningkatan permeabilitas kapiler, perdarahan , muntah dan demam.
Tujuan : Gangguan volume cairan tubuh dapat teratasi
Kriteria hasil :
* Volume cairan tubuh kembali normal
Intervensi :
* Kaji KU dan kondisi pasien
* Observasi tanda-tanda vital ( S,N,RR )
* Observasi tanda-tanda dehidrasi
* Observasi tetesan infus dan lokasi penusukan jarum infus
* Balance cairan (input dan out put cairan)
* Beri pasien dan anjurkan keluarga pasien untuk memberi minum banyak
* Anjurkan keluarga pasien untuk mengganti pakaian pasien yang basah oleh
keringat.

Diagnosa 2. :
Hipertermi berhubungan dengan proses infeksi virus dengue.
Tujuan : Hipertermi dapat teratasi
Kriteria hasil :
* Suhu tubuh kembali normal
Intervensi :
* Observasi tanda-tanda vital terutama suhu tubuh
* Berikan kompres dingin (air biasa) pada daerah dahi dan ketiak
* Ganti pakaian yang telah basah oleh keringat
* Anjurkan keluarga untuk memakaikan pakaian yang dapat menyerap keringat seperti terbuat dari katun.
* Anjurkan keluarga untuk memberikan minum banyak kurang lebih 1500 – 2000 cc per hari
* kolaborasi dengan dokter dalam pemberian Therapi, obat penurun panas.

Diagnosa 3. :
Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan mual,
muntah, tidak ada nafsu makan.
Tujuan : Gangguan pemenuhan nutrisi teratasi
Kriteria hasil :
* Intake nutrisi klien meningkat
Intervensi :
* Kaji intake nutrisi klien dan perubahan yang terjadi
* Timbang berat badan klien tiap hari
* Berikan klien makan dalam keadaan hangat dan dengan porsi sedikit tapi
sering
* Beri minum air hangat bila klien mengeluh mual
* Lakukan pemeriksaan fisik Abdomen (auskultasi, perkusi, dan palpasi).
* Kolaborasi dengan dokter dalam pemberian Therapi anti emetik.
* Kolaborasi dengan tim gizi dalam penentuan diet.

Prostat Hipertropi (BPH)

Prostat Hipertropi (BPH)

A. Pengertian

Hipertropi Prostat adalah hiperplasia dari kelenjar periurethral yang kemudian mendesak jaringan prostat yang asli ke perifer dan menjadi simpai bedah. (Jong, Wim de, 1998).

Benigna Prostat Hiperplasi ( BPH ) adalah pembesaran jinak kelenjar prostat, disebabkan oleh karena hiperplasi beberapa atau semua komponen prostat meliputi jaringan kelenjar / jaringan fibromuskuler yang menyebabkan penyumbatan uretra pars prostatika (Lab / UPF Ilmu Bedah RSUD dr. Sutomo, 1994 : 193).

B. Etiologi

Penyebab terjadinya Benigna Prostat Hipertropi belum diketahui secara pasti. Tetapi hanya 2 faktor yang mempengaruhi terjadinya Benigne Prostat Hypertropi yaitu testis dan usia lanjut.

Ada beberapa teori mengemukakan mengapa kelenjar periurethral dapat mengalami hiperplasia, yaitu :

Teori Sel Stem (Isaacs 1984)
Berdasarkan teori ini jaringan prostat pada orang dewasa berada pada keseimbangan antara pertumbuhan sel dan sel mati, keadaan ini disebut steady state. Pada jaringan prostat terdapat sel stem yang dapat berproliferasi lebih cepat, sehingga terjadi hiperplasia kelenjar periurethral.

Teori MC Neal (1978)
Menurut MC. Neal, pembesaran prostat jinak dimulai dari zona transisi yang letaknya sebelah proksimal dari spincter eksterna pada kedua sisi veromontatum di zona periurethral.

C. Anatomi Fisiologi

Kelenjar proatat adalah suatu jaringan fibromuskular dan kelenjar grandular yang melingkari urethra bagian proksimal yang terdiri dari kelnjar majemuk, saluran-saluran dan otot polos terletak di bawah kandung kemih dan melekat pada dinding kandung kemih dengan ukuran panjang : 3-4 cm dan lebar : 4,4 cm, tebal : 2,6 cm dan sebesar biji kenari, pembesaran pada prostat akan membendung uretra dan dapat menyebabkan retensi urine, kelenjar prostat terdiri dari lobus posterior lateral, anterior dan lobus medial, kelenjar prostat berguna untuk melindungi spermatozoa terhadap tekanan yang ada uretra dan vagina. Serta menambah cairan alkalis pada cairan seminalis.

D. Patofisiologi

Menurut Mansjoer Arif tahun 2000 pembesaran prostat terjadi secara perlahan-lahan pada traktus urinarius. Pada tahap awal terjadi pembesaran prostat sehingga terjadi perubahan fisiologis yang mengakibatkan resistensi uretra daerah prostat, leher vesika kemudian detrusor mengatasi dengan kontraksi lebih kuat.

Sebagai akibatnya serat detrusor akan menjadi lebih tebal dan penonjolan serat detrusor ke dalam mukosa buli-buli akan terlihat sebagai balok-balok yang tampai (trabekulasi). Jika dilihat dari dalam vesika dengan sitoskopi, mukosa vesika dapat menerobos keluar di antara serat detrusor sehingga terbentuk tonjolan mukosa yang apabila kecil dinamakan sakula dan apabila besar disebut diverkel. Fase penebalan detrusor adalah fase kompensasi yang apabila berlanjut detrusor akan menjadi lelah dan akhirnya akan mengalami dekompensasi dan tidak mampu lagi untuk kontraksi, sehingga terjadi retensi urin total yang berlanjut pada hidronefrosis dan disfungsi saluran kemih atas.

E. Tanda dan Gejala

* Hilangnya kekuatan pancaran saat miksi (bak tidak lampias)
* Kesulitan dalam mengosongkan kandung kemih.
* Rasa nyeri saat memulai miksi/
* Adanya urine yang bercampur darah (hematuri).


F. Komplikasi

* Aterosclerosis
* Infark jantung
* Impoten
* Haemoragik post operasi
* Fistula
* Striktur pasca operasi & inconentia urine


G. Pemeriksaan Diagnosis

1. Laboratorium

Meliputi ureum (BUN), kreatinin, elekrolit, tes sensitivitas dan biakan urin.

2. Radiologis

Intravena pylografi, BNO, sistogram, retrograd, USG, Ct Scanning, cystoscopy, foto polos abdomen. Indikasi sistogram retrogras dilakukan apabila fungsi ginjal buruk, ultrasonografi dapat dilakukan secara trans abdominal atau trans rectal (TRUS = Trans Rectal Ultra Sonografi), selain untuk mengetahui pembesaran prostat ultra sonografi dapat pula menentukan volume buli-buli, mengukut sisa urine dan keadaan patologi lain seperti difertikel, tumor dan batu (Syamsuhidayat dan Wim De Jong, 1997).
3. Prostatektomi Retro Pubis

Pembuatan insisi pada abdomen bawah, tetapi kandung kemih tidak dibuka, hanya ditarik dan jaringan adematous prostat diangkat melalui insisi pada anterior kapsula prostat.
4. Prostatektomi Parineal

Yaitu pembedahan dengan kelenjar prostat dibuang melalui perineum.


H. Penatalaksanaan

1. Non Operatif
* Pembesaran hormon estrogen & progesteron
* Massase prostat, anjurkan sering masturbasi
* Anjurkan tidak minum banyak pada waktu yang pendek
* Cegah minum obat antikolinergik, antihistamin & dengostan
* Pemasangan kateter.

2. Operatif
Indikasi : terjadi pelebaran kandung kemih dan urine sisa 750 ml
* TUR (Trans Uretral Resection)
* STP (Suprobic Transersal Prostatectomy)
* Retropubic Extravesical Prostatectomy)
* Prostatectomy Perineal


Download Askep BPH Gratis :

* Di Sini
* danDi Sini



Asuhan Keperawatan pada Pasien dengan Benigna Prostat Hipertropi (BPH)


A. Pengkajian

1. Data subyektif :
* Pasien mengeluh sakit pada luka insisi.
* Pasien mengatakan tidak bisa melakukan hubungan seksual.
* Pasien selalu menanyakan tindakan yang dilakukan.
* Pasien mengatakan buang air kecil tidak terasa.

2. Data Obyektif :
* Terdapat luka insisi
* Takikardi
* Gelisah
* Tekanan darah meningkat
* Ekspresi w ajah ketakutan
* Terpasang kateter


B. Diagnosa Keperawatan yang Mungkin Muncul

1. Gangguan rasa nyaman : nyeri berhubungan dengan spasme otot spincter

2. Kurang pengetahuan : tentang TUR-P berhubungan dengan kurang informasi

3. Gangguan pola tidur berhubungan dengan nyeri / efek pembedahan


C. Intervensi

1. Diagnosa Keperawatan 1. :
Gangguan rasa nyaman : nyeri berhubungan dengan spasme otot spincter

Tujuan :
Setelah dilakukan perawatan selama 3-5 hari pasien mampu mempertahankan derajat kenyamanan secara adekuat.

Kriteria hasil :
* Secara verbal pasien mengungkapkan nyeri berkurang atau hilang.
* Pasien dapat beristirahat dengan tenang.

Intervensi :
* Kaji nyeri, perhatikan lokasi, intensitas (skala 0 - 10)
* Monitor dan catat adanya rasa nyeri, lokasi, durasi dan faktor pencetus serta penghilang nyeri.
* Observasi tanda-tanda non verbal nyeri (gelisah, kening mengkerut, peningkatan tekanan darah dan denyut nadi)
* Beri ompres hangat pada abdomen terutama perut bagian bawah.
* Anjurkan pasien untuk menghindari stimulan (kopi, teh, merokok, abdomen tegang)
* Atur posisi pasien senyaman mungkin, ajarkan teknik relaksasi
* Lakukan perawatan aseptik terapeutik
* Laporkan pada dokter jika nyeri meningkat.


2. Diagnosa Keperawatan 2. :
Kurang pengetahuan: tentang TUR-P berhubungan dengan kurang informasi

Tujuan :
Klien dapat menguraikan pantangan kegiatan serta kebutuhan berobat lanjutan .

Kriteria hasil :
* Klien akan melakukan perubahan perilaku.
* Klien berpartisipasi dalam program pengobatan.
* Klien akan mengatakan pemahaman pada pantangan kegiatan dan kebutuhan berobat lanjutan.

Intervensi :
* Beri penjelasan untuk mencegah aktifitas berat selama 3-4 minggu.
* Beri penjelasan untuk mencegah mengedan waktu BAB selama 4-6 minggu; dan memakai pelumas tinja untuk laksatif sesuai kebutuhan.
* Pemasukan cairan sekurang–kurangnya 2500-3000 ml/hari.
* Anjurkan untuk berobat lanjutan pada dokter.
* Kosongkan kandung kemih apabila kandung kemih sudah penuh.


3. Diagnosa Keperawatan 3. :
Gangguan pola tidur berhubungan dengan nyeri / efek pembedahan

Tujuan :
Kebutuhan tidur dan istirahat terpenuhi

Kriteria hasil :
* Klien mampu beristirahat / tidur dalam waktu yang cukup.
* Klien mengungkapan sudah bisa tidur.
* Klien mampu menjelaskan faktor penghambat tidur.

Intervensi :
* Jelaskan pada klien dan keluarga penyebab gangguan tidur dan kemungkinan cara untuk menghindari.
* Ciptakan suasana yang mendukung, suasana tenang dengan mengurangi kebisingan.Beri kesempatan klien untuk mengungkapkan penyebab gangguan tidur.
* Kolaborasi dengan dokter untuk pemberian obat yang dapat mengurangi nyeri (analgesik).



Daftar Pustaka

Doenges, M.E., Marry, F..M and Alice, C.G., 2000. Rencana Asuhan Keperawatan : Pedoman Untuk Perencanaan Dan Pendokumentasian Perawatan Pasien. Jakarta, Penerbit Buku Kedokteran EGC.

Long, B.C., 1996. Perawatan Medikal Bedah : Suatu Pendekatan Proses Keperawatan. Jakarta, Penerbit Buku Kedokteran EGC.

Lab / UPF Ilmu Bedah, 1994. Pedoman Diagnosis Dan Terapi. Surabaya, Fakultas Kedokteran Airlangga / RSUD. dr. Soetomo.

Hardjowidjoto S. (1999).Benigna Prostat Hiperplasia. Airlangga University Press. Surabaya

Soeparman. (1990). Ilmu Penyakit Dalam. Jilid II. FKUI. Jakarta.

Berat Badan Lahir Rendah (BBLR)

Berat Badan Lahir Rendah (BBLR)

Pengertian

Berat badan lahir rendah (BBLR) adalah bayi baru lahir dengan berat badan pada saat kelahiran kurang dari 2500 gr atau lebih rendah (WHO, 1961).

Dalam hal ini dibedakan menjadi :

1. Prematuritas murni
Yaitu bayipada kehamilan <>berat badan sesuai.

2. Retardasi pertumbuhan janin intra uterin (IUGR)
Yaitu bayi yang lahir dengan berat badan rendah dan tidak sesuai dengan usia kehamilan.


Etiologi

Penyebab kelahiran prematur tidak diketahui, tapi ada beberapa faktor yang berhubungan, yaitu :

1. Faktor ibu
* Gizi saat hamil yang kurang, umur kurang dari 20 tahun atau diaatas 35 tahun
* Jarak hamil dan persalinan terlalu dekat, pekerjaan yang terlalu berat
* Penyakit menahun ibu : hipertensi, jantung, gangguan pembuluh darah, perokok

2. Faktor kehamilan
* Hamil dengan hidramnion, hamil ganda, perdarahan antepartum
* Komplikasi kehamilan : preeklamsia/eklamsia, ketuban pecah dini

3. Faktor janin
* Cacat bawaan, infeksi dalam rahim

4. Faktor yang masih belum diketahui


Komplikasi

* Sindrom aspirasi mekonium, asfiksia neonatorum, sindrom distres respirasi, penyakit membran hialin
* Dismatur preterm terutama bila masa gestasinya kurang dari 35 minggu
* Hiperbilirubinemia, patent ductus arteriosus, perdarahan ventrikel otak
* Hipotermia, Hipoglikemia, Hipokalsemia, Anemi, gangguan pembekuan darah
* Infeksi, retrolental fibroplasia, necrotizing enterocolitis (NEC)
* Bronchopulmonary dysplasia, malformasi konginetal


Penatalaksanaan

* Resusitasi yang adekuat, pengaturan suhu, terapi oksigen
* Pengawasan terhadap PDA (Patent Ductus Arteriosus)
* Keseimbangan cairan dan elektrolit, pemberian nutrisi yang cukup
* Pengelolaan hiperbilirubinemia, penanganan infeksi dengan antibiotik yang tepat.


Diagnosa Keperawatan Yang Muncul

1. Pola nafas tidak efektif b/d tidak adekuatnya ekspansi paru

2. Gangguan pertukaran gas b/d kurangnya ventilasi alveolar sekunder terhadap defisiensi surfaktan

3. Resiko tinggi gangguan keseimbangan keseimbangan cairan dan elektrolit b/d ketidakmampuan ginjal mempertahankan keseimbangan cairan dan elektrolit

4. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan tidak adekuatnya persediaan zat besi, kalsium, metabolisme yang tinggi dan intake yang kurang adekuat.



Intervensi

Diagnosa Keperawatan 1 :
Pola nafas tidak efektif b/d tidak adekuatnya ekspansi paru

Tujuan :
Pola nafas yang efektif

Kriteria Hasil :

* Kebutuhan oksigen menurun
* Nafas spontan, adekuat
* Tidak sesak.
* Tidak ada retraksi

Intervensi

* Berikan posisi kepala sedikit ekstensi
* Berikan oksigen dengan metode yang sesuai
* Observasi irama, kedalaman dan frekuensi pernafasan



Diagnosa Keperawatan 2 :
Gangguan pertukaran gas b/d kurangnya ventilasi alveolar sekunder terhadap defisiensi surfaktan

Tujuan :
Pertukaran gas adekuat

Kriteria :

* Tidak sianosis.
* Analisa gas darah normal
* Saturasi oksigen normal.

Intervensi :

* Lakukan isap lendir kalau perlu
* Berikan oksigen dengan metode yang sesuai
* Observasi warna kulit
* Ukur saturasi oksigen
* Observasi tanda-tanda perburukan pernafasan
* Lapor dokter apabila terdapat tanda-tanda perburukan pernafasan
* Kolaborasi dalam pemeriksaan analisa gas darah
* Kolaborasi dalam pemeriksaan surfaktan



Diagnosa Keperawatan 3 :
Resiko tinggi gangguan keseimbangan keseimbangan cairan dan elektrolit b/d ketidakmampuan ginjal mempertahankan keseimbangan cairan dan elektrolit

Tujuan :
Hidrasi baik

Kriteria:

* Turgor kulit elastik
* Tidak ada edema
* Produksi urin 1-2 cc/kgbb/jam
* Elektrolit darah dalam batas normal

Intervensi :

* Observasi turgor kulit.
* Catat intake dan output
* Kolaborasi dalam pemberian cairan intra vena dan elektrolit
* Kolaborasi dalam pemeriksaan elektrolit darah.



Diagnosa Keperawatan 4 :
Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan tidak adekuatnya persediaan zat besi, kalsium, metabolisme yang tinggi dan intake yang kurang adekuat

Tujuan :
Nutrisi adekuat

Kriteria :

* Berat badan naik 10-30 gram / hari
* Tidak ada edema
* Protein dan albumin darah dalam batas normal

Intervensi :

* Berikan ASI/PASI dengan metode yang tepat
* Observasi dan catat toleransi minum
* Timbang berat badan setiap hari
* Catat intake dan output
* Kolaborasi dalam pemberian total parenteral nutrition kalau perlu.