SELAMAT HARI KESEHATAN NASIONAL KE 50


Sabtu, 01 Agustus 2009

Konsep Perilaku

2.2.1 Pengertian Perilaku
Dari segi biologis, perilaku adalah suatu kegiatan atau aktivitas organisme atau makhluk hidup yang bersangkutan. Perilaku manusia pada hakekatnya adalah tindakan atau aktivitas dari manusia itu sendiri yang mempunyai bentangan yang sangat luas antara lain: berjalan, berbicara, menangis, tertawa, bekerja, kuliah, menulis, membaca dan sebagainya. Perilaku manusia adalah semua kegiatan atau aktivitas manusia, baik yang dapat diamati langsung, maupun yang tidak dapat diamati langsung. (Soekidjo Notoatmodjo, 2007)
Menurut Skiner dalam Soekodjo Notoatmodjo (2007) merumuskan bahwa perilaku merupakan respon atau reaksi seseoarang terhadap stimulus atau rangsangan dari luar. Oleh karena perilaku ini terjadi melalui proses adanya stimulus terhadap organisme, dan kemudian organisme tersebut merespon, maka teori Skiner ini disebut teori “S-O-R” atau Stimulus – Organisme - Respon. Skiner membedakan adanya dua respon, antara lain:
1. Respondent respons atau reflexsiv
Respondent respons atau reflexsiv yakni respon yang ditimbulkan oleh rangsangan-rangsangan atau stimulus tertentu. Stimulus semacam ini disebut eleciting stimulation karena menimbulkan respon-respon yang relatif tetap. Respondent respons ini juga mencakup perilaku emosional
2. Operant Respons atau instrumental respons
Operant Respons atau instrumental respons yakni respon yang timbul dan berkembang kemudian diikuti oleh stimulus atau perangsang tertentu. Perangsang ini disebut reinforcing stimulation atau reinforcer, karena memperkuat respon.
2.2.2 Macam-macam Perilaku
Dilihat dari bentuk respon terhadap stimulus ini, maka perilaku dapat dibedakan menjadi dua :

1. Perilaku tertutup atau covert behavior
Respon seseorang terhadap stimulus dalam bentuk terselubung atau tertutup atau covert. Repon atau reaksi terhadap stimulus ini masih terbatas dalam perhatian, persepsi, pengetahuan, kesadaran, dan sikap yang terjadi pada orang yang menerima stimulus tersebut, dan belum dapat diamati secara jelas oleh orang lain.
2. Perilaku terbuka atau overt behaviour
Respon seseorang terhadap stimulus dalam bentuk tindakan nyata atau terbuka. Respon terhadap stimulus tersebut sudah jelas dalam bentuk tindakan praktek atau practice, yang dengan mudah dapat diamati atau dilihat oleh orang lain.
2.2.3 Perilaku kesehatan
Batasan Skiner dalam Soekidjo Notoatmodjo (2007), maka perilaku kesehatan adalah suatu respon seseorang atau organisme terhadap stimulus atau objek yang berkaitan dengan sakit dan penyakit, sistem pelayanan kesehatan, makanan, minuman serta lingkungan. Dari batasan ini, perilaku kesehatan dapat diklasifikasikan menjadi 3 kelompok.
1. Perilaku pemeliharaan kesehatan atau health maintanace
Adalah perilaku atau usaha-usaha seseorang untuk memelihara atau menjaga kesehatan agar tidak sakit dan usaha untuk penyembuhan bilamana sakit. Oleh sebab itu perilaku kesehatan ini terdiri dari 3 aspek.
1) Perilaku pencegahan penyakit, dan penyembuhan penyakit bila sakit, serta pemulihan kesehatan bilamana telah sembuh dari penyakit.
2) Perilaku peningkatan kesehatan, apabila seseorang dalam keadaan sehat. Bahwa kesehatan sangat dinamis dan relatif, maka orang yang sehatpun perlu diupayakan supaya mencapai tingkat kesehatan yang seoptimal mungkin.
3) Perilaku gizi. Makanan dan minuman dapat memelihara dan meningkatkan kesehatan seseorang, tetapi sebaliknya makanan dan minuman dapat menjadi penyebab menurunnya kesehatan seseorang, bahkan dapat mendatangkan penyakit.
2. Perilaku pencarian dan penggunaan sistem atau fasilitas pelayanan kesehatan, atau sering disebut perilaku pencarian pengobatan atau health seeking behavior.
Perilaku ini adalah menyangkut upaya atau tindakan seseorang pada saat menderita penyakit atau kecelakaan. Tindakan atau perilaku ini dimulai dari mengobati sendiri atau selftreatment sampai mencari pengobatan ke luar negeri.
3. Perilaku kesehatan lingkungan
Adalah bagaimana seseorang merespon lingkungan, baik lingkungan fisik maupun sosial budaya dan sebagainya, sehingga lingkungan tersebut tidak mempengaruhi kesehatannya. Dengan kata lain, bagaimana seseorang mengelola lingkungannya sehingga tidak mengganggu kesehatannya sendiri, keluarga, atau masyarakatnya. Misalnya bagaimana pembuangan tinja, air minum, tempat pembuangan sampah, pembuangan limbah dan sebagainya.
Menurut Becker dalam Soekidjo Notoatmojo (2007), mengklasifikasikan perilaku kesehatan.
1) Perilaku hidup sehat adalah perilaku-perilaku yang berkaitan dengan upaya atau kegiatan seseorang untuk mempertahankan dan meningkatkan kesehatannya.
Perilaku ini mencakup antara lain:
(1) Makan dengan menu seimbang atau appropriate diet. Menu seimbang dalam arti kualitas yang mengandung zat-zat gizi yang diperlukan tubuh, dan kuantitas dalam arti jumlahnya cukup untuk memenuhi kebutuhan tubuh atau tidak kurang, tapi juga tidak lebih, dikenal dengan ungkapan empat sehat lima sempurna.
(2) Olahraga teratur, yang juga mencakup kualitas atau gerakan dan kuantitas dalam arti frekwensi dan waktu yang digunakan untuk olahraga. Dengan sendirinya kedua aspek ini akan tergantung dari usia dan status kesehatan yang bersangkutan.
(3) Tidak merokok. Merokok adalah kebiasaan jelek yang mengakibatkan berbagai macam penyakit. Hampir 50% penduduk Indonesia usia dewasa dan sekitar 15% remaja kita telah merokok.
(4) Tidak minum minuman keras dan narkoba. Kebiasaan minum miras dan mengkonsumsi narkoba atau narkotik dan bahan-bahan berbahaya lainnya, cenderung meningkat. Sekitar 1% penduduk Indonesia dewasa diperkirakan sudah mempunyai kebiasaan minum miras.
(5) Istirahat cukup. Dengan meningkatnya kebutuhan hidup akibat tuntutan untuk penyesuaian dengan lingkungan modern, mengharuskan orang untuk bekerja keras dan berlebihan, sehingga kurang waktu istirahat. Hal ini juga dapat membahayakan kesehatan.
(6) Mengendalikan stres. Stres akan terjadi pada siapa saja, dan akibatnya bermacam-macam bagi kesehatan. Kecenderungan stress akan meningkat pada setiap orang. Stres tidak dapat kita hindari, yang penting agar stress tidak menyebabkan gangguan kesehatan, kita harus dapat mengendalikan atau mengelola stress dengan kegiatan-kegiatan yang positif.
(7) Perilaku atau gaya hidup lain yang positif bagi kesehatan, misalnya: penyesuian diri kita dengan lingkungan dan sebagainya.
2) Perilaku sakit atau illness behavior
Perilaku sakit ini mencakup respon seseorang terhadap sakit dan penyakit, persepsinya terhadap sakit, pengetahuan tentang penyebab dan gejala penyakit, pengobatan penyakit dan sebagainya.
3) Perilaku peran sakit atau the sick role behavior
Dari segi sosiologi, orang sakit atau pasien mempunyai peran yang mencakup hak-hak orang sakit atau right dan kewajiban sebagai orang sakit atau obligation. Hak dan kewajiban ini harus diketahui oleh orang sakit sendiri maupun orang lain, terutama keluarganya, yang selanjutnya disebut perilaku peran orang sakit atau the sick role. Perilaku ini meliputi: 1) Tindakan untuk memperoleh kesembuhan. 2) Mengenal atau mengetahui fasilitas pelayanan atau penyembuhan penyakit layak. 3) Mengetahui hak, misalnya: hak memperoleh perawatan, memperoleh pelayanan kesehatan dan sebagainya dan kewajiban orang sakit, memberitahukan penyakitnya kepada orang lain terutama kepada dokter atau petugas kesehatan, tidak menularkan penyakitnya kepada orang lain dan sebagainya.
2.2.4 Domain Perilaku
Menurut Benyamin Bloom dalam Soekidjo Notoatmodjo (2007), membagi perilaku manusia kedalam 3 domain, yakni:
1. Pengetahuan
Pengetahuan merupakan hasil dari tahu, dan ini terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Pengetahuan merupakan domain yang sangat penting dalam membentuk tindakan seseorang atau overt behavior.
1) Proses Adopsi Perilaku
Menurut Roger, sebelum seseorang mengadopsi perilaku baru, dalam orang terebut terjadi peristiwa: (1) Awareness atau kesadaran, yakni orang tersebut menyadari dalam arti mengetahiu stimulus atau objek terlebih dahulu. (2) Interest, yakni orang mulai tertarik kepada stimulus. (3) Evaluation atau menimbang - nimbang baik dan tindaknya stimulus tersebut bagi dirinya. (4) Trial, orang telah memulai mencoba perilaku baru. (5) Adoption, subyek telah berperilaku baru sesuai dengan pengetahuan, kesadaran, dan sikapnya terhadap stimulus.
2) Tingkat Pengetahuan di Dalam Domain Kognitif mempunyai 6 tingkatan, yaitu: (1) Tahu atau Know diartikan sebagai mengingat suatu yang telah dipelajari sebelumnya. Tahu merupakan tingkat pengetahuan yang paling rendah. Untuk mengukur bahwa seseorang tahu tentang apa yang dipelajari antara lain: menyebutkan, menguraikan, mendefinisikan menyatakan, dan sebagainya. (2) Memahami atau comprehension diartikan sebagai suatu kemampuan untuk menjelaskan secara benar tentang objek yang diketahui dan dapat menginterpretasikan materi tersebut secara benar. Orang yang telah paham terhadap objek atau meteri harus dapat menjelaskan, menyebutkan contoh, menyimpulkan dan meramalkan. (3) Aplikasi atau aplication diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi yang telah dipelajari pada situasi atau kondisi sebenarnya. (4) Analisis atau analysis adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau suatu objek ke dalam komponen-komponen. (5) Sintesis atau synthesis menujukan kepada suatu kemampuan untuk meletakkan atau menghubungkan bagian - bagian di dalam suatu bentuk keseluruhan yang baru. (6) Evaluasi atau Evaluation berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan penilaian terhadap suatu materi atau objek.
2. Sikap
Sikap merupakan reaksi atau respon yang masih tertutup dari seseorang terhadap suatu stimulus atau objek.
1) Komponen Pokok Sikap menurut Allport dalam Soekidjo Notoatmojo (2007), menjelaskan bahwa sikap mempunyai 3 komponen pokok, yaitu: kepercayaan atau keyakinan, ide dan konsep terhadap suatu objek, kehidupan emosional atau evaluasi terhadap suatu objek dan kecenderungan untuk bertindak.
2) Berbagai Tingkatan Sikap antara lain: menerima atau receiving diartikan bahwa subjek memperhatikan stimulus yang diberikan objek. Merespon atau responding memberikan jawaban apabila ditanya, mengerjakan, dan menyelesaikan tugas yang diberikan adalah suatu indikasi dari sikap. Menghargai atau valuing mengajak orang lain untuk mengerjakan atau mendiskusikan suatu masalah. Bertanggung jawab atau responsible atas segala sesuatu yang telah dipilihnya dengan segala risiko.
3. Tindakan atau Practice
mewujudkan sikap menjadi perbuatan nyata diperlukan faktor pendukung atau kondisi yang memungkinkan, antara lain adalah fasilitas. Praktik atau tindakan mempunyai beberapa tingkatan antara lain: persepsi atau perception mengenal dan memilih berbagai objek sehubungan dengan tindakan yang akan diambil. Respons terpimpin atau guided response: dapat melakukan sesuatu dengan urutan yang benar dan sesuai dengan contoh. Mekanisme atau mechanism: apabila seseorang telah dapat melakukan sesuatu dengan benar secara otomatis, atau sudah merupakan kebiasaan. Adopsi atau adoption adalah suatu praktek atau tindakan yang sudah berkembang dengan baik.
2.2.5 Aspek Sosio - Psikologi Perilaku Kesehatan
Di dalam proses pembentukan dan atau perubahan perilaku dipengaruhi oleh beberapa faktor yang berasal dari dalam individu itu itu sendiri. Faktor-faktor tersebut antara lain: susunan saraf pusat, persepsi, motivasi, emosi dan belajar. Susunan saraf pusat memegang peranan penting dalam perilaku manusia, karena perilaku merupakan sebuah bentuk perpindahan dari rangsang yang dihasilkan. Perpindahan ini dihasilkan oleh susunan saraf pusat dengan unit-unit dasarnya yang disebut neuron. Neuron memindahkan energi-energi yang di dalam impuls-impuls saraf indera pendengaran, penglihatan, pembauan, perasa dan perubahan disalurkan dari tempat terjadinya rangsangan melalui impuls saraf ke susunan saraf pusat.
Perubahan perilaku seseorang dapat diketahui melalui: persepsi adalah pengalaman yang dihasilkan melalaui penginderaan dan setiap orang mempunyai persepsi yang berbeda. Motivasi diartikan sebagai dorongan untuk bertindak untuk mencapai tujuan tertentu. Perilaku juga timbul karena emosi. Aspek psikologi yang mempengaruhi emosi berhubungan erat dengan keadaan jasmani. Sedangkan keadaan jasmani merupakan hasil keturunan. Oleh karena itu, perilaku yang timbul karena emosi merupakan perilaku bawaan. Belajar diartikan sebagai suatu perubahan perilaku yang dihasilkan dari praktek-praktek dalam lingkungan kehidupan.
Perilaku terbentuk dari suatu proses tertentu dan berlangsung dalam interaksi manusia dengan lingkungannya. Pembentukan perilaku dipengaruhi oleh faktor intern berupa kecerdasan, persepsi, motivasi, minat, emosi untuk mengolah pengaruh-pengaruh dari luar. Faktor ekstern meliputi: objek, orang, kelompok, dan hasil-hasil kebudayaan yang dijadikan sasaran dalam mewujudkan bentuk perilakunya.
Dalam bidang kesehatan masyarakat khususnya pendidikan kesehatan, mempelajari perilaku adalah sangat penting. Karena pendidikan kesehatan sebagai bagian dari kesehatan masyarakat, berfungsi sebagai media atau sarana untuk menyediakan kondisi sosio-psikologis sedemikian rupa sehingga individu atau masyarakat berperilaku sesuai dengan norma - norma hidup sehat.

Tidak ada komentar: