SELAMAT HARI KESEHATAN NASIONAL KE 50


Sabtu, 01 Agustus 2009

Konsep Hipertensi

2.1 Konsep Hipertensi
2.1.1 Pengertian
Hipertensi adalah suatu peningkatan tekanan darah di dalam arteri yang mengakibatkan suplai oksigen dan nutrisi, yang dibawa oleh darah terhambat sampai ke jaringan tubuh yang membutuhkan (Arief Mansjoer,1999).
Dikatakan tekanan darah tinggi jika pada saat duduk atau istirahat tekanan sistolik mencapai 140 mmhg atau lebih, atau tekanan diastolik mencapai 90 mmhg atau lebih, atau keduanya. Pada tekanan darah tinggi, biasanya terjadi kenaikan tekanan sistolik dan diastolik (Muhaimin,2008).
Penderita darah tinggi mesti sekurang–kurangnya mempunyai tiga bacaan tekanan darah yang melebihi 140/90 mmHg saat istirahat.
2.1.2 Etiologi
Menurut Askandar Tjokroprawiro (2004) Berdasarkan penyebabnya hipertensi dibedakan menjadi dua yaitu:
1) Hipertensi Primer
Hipertensi primer atau esensial adalah hipertensi yang tidak/belum diketahui penyebabnya. Terdapat pada kurang lebih 90% dari seluruh hipertensi.
2) Hipertensi Sekunder
Hipertensi sekunder adalah hipertensi yang disebabkan sebagai akibat dari adanya penyakit lain. Beberapa penyebab terjadinya hipertensi sekunder antara lain penyakit ginjal, kelainan hormonal, obat-obatan penyebab lainnya yaitu koartasio aorta, preeklamsi pada kehamilan, sindroma chusing.
2.1.3 Patofisiologi
Mekanisme terjadinya hipertensi adalah melalui terbentuknya angiotensin II dari angiotensin I oleh angiotensin I-converting enzyme ACE. ACE memegang peran fisiologis penting dalam mengatur tekanan darah. Darah mengandung angiotensinogen yang diproduksi di hati. Selanjutnya oleh hormon, renin yang diproduksi oleh ginjal akan diubah menjadi angiotensin I.
Oleh ACE yang terdapat di paru-paru, angiotensin I diubah menjadi angiotensin II. Angiotensin II inilah yang memiliki peranan kunci dalam menaikkan tekanan darah melalui dua aksi utama.
Aksi pertama adalah meningkatkan sekresi hormon antidiuretik atau ADH dan rasa haus. ADH diproduksi di hipotalamus pada kelenjar pituitari dan bekerja pada ginjal untuk mengatur osmolalitas dan volume urine. Dengan meningkatnya ADH, sangat sedikit urin yang diekskresikan ke luar tubuh (antidiuresis), sehingga menjadi pekat dan tinggi osmolalitasnya. Untuk mengencerkannya, volume cairan ekstraseluler akan ditingkatkan dengan cara menarik cairan dari bagian intraseluler. Akibatnya, volume darah meningkat, yang pada akhirnya akan meningkatkan tekanan darah.
Aksi kedua adalah menstimulasi sekresi aldosteron dari korteks adrenal. Aldosteron merupakan hormon steroid yang memiliki peranan penting pada ginjal. Untuk mengatur volume cairan ekstraseluler, aldosteron akan mengurangi ekskresi NaCl dengan cara mereabsorpsinya dari tubulus ginjal. Naiknya konsentrasi NaCl akan diencerkan kembali dengan cara meningkatkan volume cairan ekstraseluler yang pada gilirannya akan meningkatkan volume dan tekanan darah (Muhaimin,2008)
2.1.4 Klasifikasi Hipertensi
Tabel 2.1 Klasifikasi Tekanan Darah
Klasifikasi Tekanan Darah Pada Dewasa
Kategori Tekanan Darah Sistolik Tekanan Darah Diastolik
Normal < 130 mmHg < 85 mmHg
Normal Tinggi 130-139 mmHg 85-89 mmHg
Hipertensi Stadium 1 140-159 mmHg 90-99 mmHg
Hipertensi Stadium 2 160-179 mmHg 100-109 mmHg
Hipertensi Stadium 3 180-209 mmHg 110-119 mmHg
Hipertensi Stadium 4 >210 mmHg >120 mmHg
Sumber: JNC/DETH (Askandar Tjokrprawiro,2004)
Sejalan dengan bertambahnya usia. Pada hampir setiap orang mengalami kenaikan tekanan darah, tekanan sistolik terus meningkat sampai usia 80 tahun dan tekanan diastolik terus meningkat sampai usia 55-60 tahun, kemudian berkurang secara perlahan atau bahkan menurun drastis (Muhaimin,2008)
2.1.5 Gejala Klinik
Gejala hipertensi antara lain pusing, muka merah, sakit kepala, keluar darah dari hidung secara tiba-tiba, tengkuk terasa pegal, dan lain-lain. Dampak yang dapat ditimbulkan oleh hipertensi adalah kerusakan ginjal, pendarahan pada selaput bening (retina mata), pecahnya pembuluh darah di otak, serta kelumpuhan (Muhaimin,2008).

2.1.6 Pemeriksaan Diagnostik
Menurut Slamet Suyono (1999) pemeriksaan penunjang yang dilakukan pada penderita hipertensi antara lain:
1) Pemeriksaan laboratorium. Pada penderita hipertensi dilakukan pemeriksaan laboratorium yang meliputi: (1)Pemeriksaan kadar ureum dan kreatinin untuk menilai fungsi ginjal, (2)Pemeriksaan kalium dalam serum, (3)Pemeriksaan urinalisis, (4)Pemeriksaan lain seperti profil lemak, biakkan urin dan pemeriksaan darah perifer.
2) Pemeriksaan radiologi. Penderita hipertensi dilakukan pemeriksaan radiologi yang meliputi: (1)Pemeriksaan elektrokardigrafi, (2)Foto thorax, (3)Pemeriksaan funduskopi.
2.1.7 Penatalaksanaan
1) Penatalaksanaan nonfarmakologis. Menurut Askandar Tjokroprawiro (2004) penatalaksanaan nonfarmakologis pada penderita hipertensi meliputi: (1)Menurunkan berat badan bila terdapat kelebihan, (2)Membatasi alkohol, (3)Meningkatkan aktivitas fisik aerobik, (4)Mengurangi asupan natrium, (5)Mempertahankan asupan kalsium dan magnesium adekuat, (6)berhenti merokok dan mengurangi asupan lemak jenuh dan kolesterol dalam makanan
2) Penatalaksanaan farmakologis. Menurut Smeltzer (2001) penatalaksanaan farmakologis pada penderita hipertensi meliputi:
(1) Diuretik dapat menurunkan volume plasma dan curah jantung. Untuk terapi jangka panjang pengaruh utama adalah mengurangi resistensi perifer. Efek samping: hipotensi dan hipokalemia.
(2) Golongan penghambat simpatetik mempunyai efek mengurangi tekanan darah dengan cara menyebabkan vasodilatasi perifer yang berkaitan dengan refleks takikardi yang kurang nyata dan retensi cairan daripada vasodilator lainnya. Preparat yang biasa digunakan seperti nifedipin, nikardipin, felodipin, amilodipin, verapamil dan diltiazem
(3) Betabloker efektif untuk menurunkan denyut jantung dan curah jantung, juga menurunkan sekresi renin. Kontraindikasi bagi pasien gagal jantung
kongestif. Preparat yang biasa digunakan adalah propanolol,
asebutolol, atenolol, bisoprolol, labetolol.
(4) Vasodilator yang termasuk golongan ini adalah doksazosin, prazosin, hidralazin, minoksidil, diaksozid dan sodium nitroprusid. Golongan ini bekerja langsung pada pembuluh darah dengan cara relaksasi otot polos yang akan mengakibatkan penurunan resistensi pembuluh darah.
2.1.8 Komplikasi
Menurut Muhaimin (2008) komplikasi yang dapat ditimbulkan dari penyakit hipertensi antara lain: 1)Cerebrovascular accident (CVA), 2)Gagal ginjal, 3)Perdarahan pada retina, 4)Penyakit jantung aterosklerosis.

Tidak ada komentar: